Cerita Bermalam di Purwokerto

a restaurant with stained glass windows and a wooden ceiling

Published on

Kadang, rutinitas kota besar membuat kita lelah. Macet, deadline, dan segala drama pekerjaan membuat kepala seperti penuh beban. Saat itu, saya dan istri memutuskan untuk melarikan diri sejenak, pergi ke tempat yang lebih tenang namun tetap menawarkan banyak cerita. Pilihan kami jatuh pada Purwokerto, sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang ternyata menyimpan banyak kejutan.

Kami memutuskan untuk backpacker-style: membawa barang seminimal mungkin, tetapi tetap ingin menikmati kenyamanan selama perjalanan. Setelah beberapa jam perjalanan dengan kereta, kami tiba di Purwokerto. Udara segar menyambut kami, jauh dari polusi dan hiruk pikuk kota besar. Kota ini ramai, tapi tidak terlalu padat. Lalu lintas pun terasa santai, bahkan mengendarai mobil manual di sini terasa ringan dan tidak melelahkan.

Baca juga : Cara Menonaktifkan Notifikasi SMS BRI dengan Mudah, Tapi Harus ke Bank

Pilihan pertama kami untuk menginap adalah Java Heritage Hotel. Sebelum memesan, saya sempat membaca beberapa ulasan, dan memang banyak yang merekomendasikan hotel ini. Ternyata, ulasannya tidak berbohong. Harga menginap di Java Heritage relatif lebih terjangkau dibandingkan hotel lain di kelasnya, tetapi fasilitasnya justru sangat lengkap. Dari kolam renang yang luas hingga gym yang cukup lengkap, semuanya ada di sini. Tapi yang paling membuat kami terkesan adalah makanannya. Sarapan di Java Heritage seperti pesta kecil setiap pagi. Hidangan tradisional dengan cita rasa autentik dipadukan dengan pilihan makanan internasional membuat kami selalu menantikan waktu makan pagi.

Setelah dua malam di Java Heritage, kami memutuskan untuk mencoba suasana berbeda dan berpindah ke Aston Hotel. Dari luar, Aston memang terlihat lebih megah dan modern. Jika dilihat sekilas, hotel ini seperti ikon kemewahan di Purwokerto. Namun, ada beberapa hal yang membuat kami rindu dengan Java Heritage. Harga di Aston memang lebih mahal, tetapi beberapa fasilitasnya terasa kurang lengkap. Hidangan di restorannya pun menurut kami kurang berkesan jika dibandingkan dengan Java Heritage. Namun, satu nilai plus dari Aston adalah parkir gratisnya. Hal ini cukup membantu, terutama bagi tamu yang membawa kendaraan.

Selain pengalaman menginap, hal lain yang membuat kami jatuh cinta pada Purwokerto adalah keramahan warganya. Semua orang yang kami temui, dari penjual di pasar hingga pegawai hotel, selalu menyapa dengan senyuman tulus. Rasanya seperti bertemu dengan teman lama. Kami juga tak lupa mencicipi berbagai kuliner khas Purwokerto. Harganya sangat terjangkau, tetapi rasanya jauh melebihi ekspektasi. Salah satu favorit kami adalah sajian kuliner tempo dulu yang kaya akan rempah. Rasanya benar-benar mengingatkan pada masakan nenek di kampung. Tidak lupa, kami juga membawa oleh-oleh khas kota ini: getuk goreng khas Sokaraja, yang manis legit dan sangat menggugah selera.

Purwokerto juga menawarkan kenyamanan dalam mobilitas. Dengan jalanan yang jarang macet, kami bisa menikmati perjalanan tanpa stres. Menyusuri kota ini dengan mobil manual bahkan terasa seperti terapi, sesuatu yang jarang kami rasakan di kota besar.

Liburan singkat kami di Purwokerto benar-benar menjadi pelarian manis dari rutinitas. Kota ini mengajarkan kami bahwa kebahagiaan tidak selalu harus datang dari tempat yang mewah atau jauh. Kadang, kebahagiaan ada di tempat sederhana yang menawarkan ketulusan dan kehangatan. Kami pulang dengan hati yang lebih ringan, kepala yang lebih segar, dan tentunya, kenangan manis yang akan terus kami kenang.